Friday, May 8, 2009

SUNRISE yang ABADI, Januari di Kota Dili

"It’s not just about making money; you need to look at the greater aspects of how resources should benefit the resource owners"-East Timor’s Secretary of State for Natural Resources Alfredo Pires, Bloomberg

Judul di atas adalah kombinasi dari dua nama lapangan minyak dan gas bumi. Keduanya terletak di antara Indonesia/Timor Leste dan Australia. Keduanya mempunyai cadangan minyak dan gas bumi. Keduanya berbeda tentu saja. Sunrise, atau lengkapnya Greater Sunrise berada dalam wilayah pengembangan bersama antara Timor Leste dan Australia, sementara Abadi berada di wilayah Indonesia. Ini terjadi karena kemerdekaan Timor Leste melewati sebuah referendum yang diselenggarakan pada 30 Agustus 1999 yang lalu.

Penemuan cadangan minyak dan gas bumi di Timor Sea ini tercatat dimulai pada era 70-an. Perselisihan tentang siapa yang berhak memiliki dan mengeksplorasi terus mengiringi. Sebelum Timor Leste melepaskan diri, Indonesia dan Australia menyepakati perjanjian yang kemudian disebut sebagai Timor Gap Treaty. Semenjak Timor Leste melepaskan diri Timor Gap Treaty ini ditinggalkan, kemudian Australia dan Timor Leste mencapai kesepakatan yang dituangkan kedalam apa yang mereka sebut sebagai Timor Sea Treaty.

Lapangan Abadi mempunyai cadangan gas bumi yang diperkirakan oleh INPEX, Operator sekaligus Kontraktor BPMigas, sebesar 10 trilyun kaki kubik (tcf), cadangan ini lebih kecil dibandingkan dengan lapangan Tangguh yang mempunyai cadangan sebesar 14,4 tcf, sementara Natuna D-Alpha dengan 46 tcf. Pada bulan Januari lalu, Kementrian ESDM secara prinsip menyatakan persetujuannya terhadap rencana Inpex untuk membangun fasilitas terapung pengolahan LNG, akan tetapi pemikiran alternatif untuk menyewa fasilitas terapung juga dipikirkan dengan tujuan mengurangi biaya. Lapangan Abadi ini diharapkan untuk dapat mulai beroperasi pada tahun 2016 nanti.


Lapangan Sunrise mempunyai cadangan gas sebesar 5,4 tcf dan 240 juta barrel condensate merupakan salah satu lapangan yang masuk dalam wilayah pengembangan bersama Timor Leste dan Australia. Operator dari lapangan Sunrise adalah Woodside, sebuah perusahaan minyak dan gas bumi Australia. Woodside merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam Sunrise Joint Venture dengan 33% kepemilikan, sementara ConocoPhillips, Shell dan Osaka Gas masing-masing dengan 30%, 27% dan 10% kepemilikan.

Kabar terakhir lapangan Sunrise adalah penolakan pemerintah Timor Leste terhadap rencana pengembangan yang disampaikan oleh Sunrise Joint Venture. Pemerintah Timor Leste seperti yang diberitakan oleh Bloomberg, menyatakan penolakannya terhadap rencana pembangunan fasilitas pengolahan terapung dan alternatifnya, yaitu menyalurkan produksi lapangan ini ke Darwin lewat pipa bawah laut. Pemerintah Timor Leste juga menyampaikan preferensinya, yaitu membangun fasilitas pengolahan di darat dan di wilayah Timor Leste atau alternatifnya, menunda pengembangan lapangan ini untuk keperluan masa depan.

Salah satu lapangan lain yang berada dalam wilayah kerjasama adalah lapangan Bayu Undan yang sudah berproduksi. Produksi disalurkan melalui pipa bawah laut ke fasilitas pengolahan LNG di Darwin, Australia. Pemerintah Timor Leste menerima royaltinya dari produksi lapangan ini, dan oleh karenanya bukanlah sebuah keharusan bagi mereka untuk segera mengembangkan lapangan Sunrise. Di samping itu, karena produksi lapangan Bayu-Undan disalurkan ke Darwin, adalah fair jika produksi lapangan Sunrise disalurkan ke dan diolah di wilayah Timor Leste.

Di lain pihak, Woodside menyatakan bahwa mereka bekerjasama dengan pemerintah Timor Leste dan yakin bahwa kesempatan/peluang (opportunities) untuk semua pihak pasti ada.

Artikel Bloomberg selengkapnya dapat diakses di link ini


“SUNRISE yang ABADI”, saya menggumamkanya, suara Rita Effendi dengan lagu "Januari di Kota Dili" mengisi ruang memoriku.

Menepis Bayang Kasih mana linknya?, cari sendiri aaaah

0 comments:

Post a Comment