Tuesday, April 28, 2009

Memasyarakatkan Pemilu dan Memilukan Masyarakat

“Nothing valuable can be lost by taking time. If there be any object to hurry any of you, in hot haste, to a step which you would never take deliberately, that object will be frustrated by taking time; but no good object can be frustrated by it.”
- Abraham Lincoln


Menarik nggak judulnya?. Kalimat ini dijadikan judul tanpa berpretensi bahwa masyarakat kita menjadi pilu dikarenakan oleh Pemilu, swear bukan seperti itu maksudnya. Kalimat itu dipilih karena saya teringat oleh istilah, slogan, tag line atau apapun namanya, yang sewaktu masih SMA dulu sering terdengar dan didengung2kan oleh yang punya hajatan ketika itu, seperti “memasyarakatkan olah raga dan meng-olah ragakan masyarakat”, itu saja. Tapi bahwa tulisan ini masih berkaitan dengan Pemilu, itu benar adanya dan dalam kerangka memasyarakatkan Pemilu dan seluk-beluknya tentu saja.

Kabarnya banyak sekali protes, gugatan, komplain, pengaduan yang muncul tentang bagaimana kita, negara demokrasi ketiga terbesar di dunia ini, menyelenggarakan Pemilu Legislatif kemarin dan tentu saja bersiap diri menghadapi Pemilu Presiden bulan Juli besok. Protes muncul dari berbagai lapisan, mulai dari sebagian rakyat yang tidak mendapatkan hak memilihnya karena berbagai alasan, dari saksi-saksi, caleg, parpol yang merasa dirugikan bahkan hak angket pun sudah diajukan oleh beberapa anggota DPR periode 2004 – 2009.

Bentuk protesnya pun bermacam-macam, mulai dari permintaan perhitungan ulang, pemilu ulang, munculnya tuduhan adanya kecurangan dalam penyelenggaraanya sampai ke adanya wacana melakukan pemboikatan terhadap Pemilu Presiden yang sedang kita jelang. Untung saja pelemparan sepatu belum pernah terjadi sampai hari ini, di India tragedi pelemparan sepatu sudah terjadi beberapa kali.

Wacana pemboikatan terhadap Pemilu Presiden dan bagaimana tanggapan terhadap wacana ini menjadi menarik untuk didiskusikan. Bagaimana tidak?, jikalau pemboikatan itu benar-benar terjadi, dampak politisnya sungguh menakjubkan. Mulai dari sekedar pengunduran jadwal Pemilu sampai ke kekosongan kekuasaan. Sebuah situasi dimana tak ada satu pun rujukan dalam konstitusi kita yang memberikan guideline apa dan bagaimana kita harus menghadapinya (kalau saya tidak salah). Sebuah kondisi yang kita semua tidak kehendaki.

Terhadap tuduhan adanya kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu, SBY sempat menyatakan sakit hatinya dikarenakan tuduhan ini. Pada saat yang sama, SBY juga menyampaikan bahwa banyak memori yang dimilikinya tentang pemilu 2004 dan mempunyai pengetahuan tentang beliau-beliau di masa lalu.

Terhadap isu pemboikatan Pemilu Presiden, saya menggunakan istilah wacana. Sebab langkah-langkah konkret terhadapnya tidak kelihatan dan semakin tak terdengar dibicarakan dan diliput oleh media masa, paling tidak ini menurut pengamatan saya. Mungkinkah ini karena akrobat dan manuver-manuver politik yang berhubungan dengan koalisi lebih menarik untuk dicermati?.

Kutipan di atas, pernah terlintas dalam pikiran dan diucapkan oleh Abraham Lincoln, Presiden Amerika yang ke 16. Presiden Amerika yang dikagumi oleh Obama karena kenegarawanannya dan merupakan “Best President in History” menurut survey on-line sebuah lembaga survey independent di Amerika.

Saya mencoba mencernanya dan menghubungkannnya dengan wacana pemboikatan pemilu presiden tadi. Jikalau benar bahwa wacana itu cuma sekedar wacana, ancaman, gertak sambal atau apa pun anda ingin menyebutnya, lalu apakah berarti kesimpulannya adalah “it is not a good or valuable object so that it has been frustrated by time?”.

Paling tidak itu kesimpulan saya. Anda setuju dengan saya?, kalau setuju mari tepuk tangan bersama-sama.



0 comments:

Post a Comment