Thursday, April 30, 2009

Topi Apa Yang Sedang Anda Kenakan?

Jerry Mason asked rhetorically, “Am I the only one who wants to fly?” Mason turned to Bob Lund and asked him to “take off his engineering hat and put on his management hat.” The four managers held a brief discussion and voted unanimously to recommend Challenger’s launch.”[1]


Hari-hari belakangan ini anak saya terlihat senang sekali bermain bola. Padahal tidak ada even sepak bola besar yang sedang berlangsung. Biasanya anak-anak getol sekali bermain sepak bola pada saat ada even besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa, paling tidak itu yang saya lakukan ketika saya masih seusia dia.

Hampir di setiap kesempatan, dia isi dengan main bola, pulang sekolah, pagi, siang, sore hari (kalau libur sekolah) tak mengenal waktu istirahat, bahkan hujan pun tak membuat diri dan teman-temanya segera berkemas dan pulang ke rumah. Tak ayal, diskusi yang sedikit panas antara dia dan ibunya sering tak terhindarkan. Bapaknya? menikmati diskusi itu sambil terhanyut ke masa lalu.

--oooOooo--

Dalam pertemuan RT yang baru lalu, topik tentang lapangan yang dapat dipakai anak-anak untuk bermain juga dibicarakan. Beberapa warga memberikan argumentasi agar pembangunan lapangan olah raga seperti untuk futsal, bola voli dan basket agar segera dimulai saja. Tidak usah muluk-muluk, asal ada lapangannya saja. Kita tidak bisa biarkan mereka bermain di jalanan perumahan, tidak saja berbahaya bagi mereka, tapi juga mengganggu lalu lintas di perumahan. Ada lagi yang menambahkan bahwa sudah saatnya bakat dan hobi dari anak-anak itu dibina dan diarahkan. Diiringi dengan sebuah keyakinan bahwa jika RW mempunyai fasilitas olahraga seperti itu, orang tua lebih mudah mengawasinya dibandingkan jika anak-anak itu harus keluar perumahan mencari lapangan. Maklum saja, banyak hal di luar sana yang menjadi kekhawatiran para orang tua. Duh eloknya dalam hati saya.

Kebetulan ada lahan yang masih kosong di perumahan kami. Lahan tersebut ada tapi belum siap, penimbunan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pekerjaan susulan bisa dimulai. Argumentasi-argumentasi tadi seperti menemukan momentumnya. Lagian bukankah ini sudah menjadi wacana sejak kepengurusan yang lama?, tambah warga lainnya. Izin penggunaan lahan untuk fasum dan fasos sudah diajukan dan sedang diproses, kita tunggu saja dulu sampai izin tersebut turun sebelum kita memulainya, Pengurus RW menanggapi. Mengenai pembiayaannya, Pengurus sedang berpikir bagaimana caranya, salah satunya adalah dari pihak ketiga, syukur-syukur ada warga yang menjadi donatur, tentu saja pintu lebar terbuka.


--oooOooo--

Sebelum pulang ke rumah yang hanya butuh lima langkah saja, saya berkesempatan untuk kembali ngobrol ngalor-ngidul dengan beberapa pengurus RW. Pada kesempatan itu, sebuah dialog dari hati ke hati terjadi. Saya menyampaikan apresiasi saya terhadap apa yang sudah dan sedang dilakukan oleh jajaran kepengurusan. Program 30 hari pertama kepengurusan sungguh mempesona saya dan ini harus diapresiasi. Saya juga menyampaikan doa dan harapan semoga kepengurusan dapat mempertahankan performa dan menjawab harapan warga, yang jujur saja menurut saya pribadi ada yang berlebihan mengingat defisit anggaran yang sedang dialami.

Salah seorang dari Pengurus bercerita bahwa salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah partisipasi dari warga. Bapak ini bercerita, terkadang kita lupa bahwa pada saat kita sampai di rumah sepulang dari tempat kerja, kita ini adalah bapak dan suami dari anak-anak dan istri kita, pada saat yang sama kita adalah warga dan bukan lagi seorang mandor, supervisor, lead engineer, kepala dinas, kepala kantor, manager, komandan atau bahkan direktur sekalipun. Kita terkadang lupa tentang topi apa yang sedang kita kenakan. Jadi pada saat pengurus meminta partisipasi warga terkadang, walaupun tidak terlafazkan, beberapa warga menanggapinya dengan perilaku sesuai dengan posisinya di tempat kerja.

Sambil terus menyimak cerita Bapak tadi, pikiran saya seakan pergi, terbang ke dunianya sendiri, teringat akan kutipan dialog di atas yang menggambarkan situasi diskusi ketika keputusan jadi atau tidaknya pesawat ulang-alik Challenger akan diluncurkan. Challenger akhirnya diluncurkan pada tanggal 28 Januari 1986 dan meledak di udara, sebuah tragedi.
Menurut Rogers Commission, sebuah komisi yang dibentuk oleh Presiden Ronald Reagan untuk melakukan investigasi terhadap tragedi tersebut, Manager di NASA sudah mengetahui adanya potensi bahaya berkenaan dengan O-rings yang dipakai di rocket booster Challenger jika peluncuran dilakukan pada udara dingin. Kutipan dialog ini pun kemudian juga sering menjadi rujukan pada pembahasan tentang etika bisnis (workplace ethics) dan keselamatan rekayasa (engineering safety).

Karena sudah larut malam, saya pun berpamitan. Sesampai di rumah, sebuah acara diskusi sedang berlangsung di sebuah stasiun TV. Setelah beberapa lama mengikutinya, saya kebingungan ketika saya mencoba menjawab pertanyaan, “si nara sumber ini sedang berbicara dalam kapasitas sebagai apa?, dosen, pengamat, staf ahli, juru bicara, Ketua DPP, Ketua Dewan Pembina, Menteri, Wapres atau Presiden?”.

Sekarang ini, topi apa yang sedang anda kenakan?


[1]
From John Hooker, "Doest It Matter Which Hat We Wear?"



Read more...

Tuesday, April 28, 2009

Memasyarakatkan Pemilu dan Memilukan Masyarakat

“Nothing valuable can be lost by taking time. If there be any object to hurry any of you, in hot haste, to a step which you would never take deliberately, that object will be frustrated by taking time; but no good object can be frustrated by it.”
- Abraham Lincoln


Menarik nggak judulnya?. Kalimat ini dijadikan judul tanpa berpretensi bahwa masyarakat kita menjadi pilu dikarenakan oleh Pemilu, swear bukan seperti itu maksudnya. Kalimat itu dipilih karena saya teringat oleh istilah, slogan, tag line atau apapun namanya, yang sewaktu masih SMA dulu sering terdengar dan didengung2kan oleh yang punya hajatan ketika itu, seperti “memasyarakatkan olah raga dan meng-olah ragakan masyarakat”, itu saja. Tapi bahwa tulisan ini masih berkaitan dengan Pemilu, itu benar adanya dan dalam kerangka memasyarakatkan Pemilu dan seluk-beluknya tentu saja.

Kabarnya banyak sekali protes, gugatan, komplain, pengaduan yang muncul tentang bagaimana kita, negara demokrasi ketiga terbesar di dunia ini, menyelenggarakan Pemilu Legislatif kemarin dan tentu saja bersiap diri menghadapi Pemilu Presiden bulan Juli besok. Protes muncul dari berbagai lapisan, mulai dari sebagian rakyat yang tidak mendapatkan hak memilihnya karena berbagai alasan, dari saksi-saksi, caleg, parpol yang merasa dirugikan bahkan hak angket pun sudah diajukan oleh beberapa anggota DPR periode 2004 – 2009.

Bentuk protesnya pun bermacam-macam, mulai dari permintaan perhitungan ulang, pemilu ulang, munculnya tuduhan adanya kecurangan dalam penyelenggaraanya sampai ke adanya wacana melakukan pemboikatan terhadap Pemilu Presiden yang sedang kita jelang. Untung saja pelemparan sepatu belum pernah terjadi sampai hari ini, di India tragedi pelemparan sepatu sudah terjadi beberapa kali.

Wacana pemboikatan terhadap Pemilu Presiden dan bagaimana tanggapan terhadap wacana ini menjadi menarik untuk didiskusikan. Bagaimana tidak?, jikalau pemboikatan itu benar-benar terjadi, dampak politisnya sungguh menakjubkan. Mulai dari sekedar pengunduran jadwal Pemilu sampai ke kekosongan kekuasaan. Sebuah situasi dimana tak ada satu pun rujukan dalam konstitusi kita yang memberikan guideline apa dan bagaimana kita harus menghadapinya (kalau saya tidak salah). Sebuah kondisi yang kita semua tidak kehendaki.

Terhadap tuduhan adanya kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu, SBY sempat menyatakan sakit hatinya dikarenakan tuduhan ini. Pada saat yang sama, SBY juga menyampaikan bahwa banyak memori yang dimilikinya tentang pemilu 2004 dan mempunyai pengetahuan tentang beliau-beliau di masa lalu.

Terhadap isu pemboikatan Pemilu Presiden, saya menggunakan istilah wacana. Sebab langkah-langkah konkret terhadapnya tidak kelihatan dan semakin tak terdengar dibicarakan dan diliput oleh media masa, paling tidak ini menurut pengamatan saya. Mungkinkah ini karena akrobat dan manuver-manuver politik yang berhubungan dengan koalisi lebih menarik untuk dicermati?.

Kutipan di atas, pernah terlintas dalam pikiran dan diucapkan oleh Abraham Lincoln, Presiden Amerika yang ke 16. Presiden Amerika yang dikagumi oleh Obama karena kenegarawanannya dan merupakan “Best President in History” menurut survey on-line sebuah lembaga survey independent di Amerika.

Saya mencoba mencernanya dan menghubungkannnya dengan wacana pemboikatan pemilu presiden tadi. Jikalau benar bahwa wacana itu cuma sekedar wacana, ancaman, gertak sambal atau apa pun anda ingin menyebutnya, lalu apakah berarti kesimpulannya adalah “it is not a good or valuable object so that it has been frustrated by time?”.

Paling tidak itu kesimpulan saya. Anda setuju dengan saya?, kalau setuju mari tepuk tangan bersama-sama.




Read more...

Sunday, April 26, 2009

Dan Bak Sampah Itupun Dibongkar Saja

Pernahkah anda mengikuti pertemuan RT di mana anda sekarang tinggal?, kapan terakhir anda menghadirinya?, tahukah anda nama lengkap Kepala Keluarga yang tinggal di sebelah kiri, kanan, depan, dan belakang rumah anda?. Silahkan anda mencoba menjawabnya.

Di perumahan saya tinggal, atas persetujuan warga tentunya, pertemuan RT disetujui untuk diadakan setiap dua bulan sekali. Apakah frekuensi ini sebuah angka yang ideal atau tidak?, kita lihat bagaimana perkembangannya seiring perjalanan waktu. Terus terang saya jarang sekali menghadirinya. Sibuk dan ada acara lain yang tak dapat ditinggalkan menjadi alasan klasiknya. Bagaimana dengan anda?

Kepengurusan RT yang baru, sudah hampir setahun ini menjalankan program-programnya, tidak banyak memang tapi ada dan keseriusan untuk menjalankannya nampak kasat mata. Sementara kepengurusan RW baru terbentuk kurang lebih tiga bulan yang lalu.

Kemarin malam, saya ikutan pertemuan RT dan ini simple saja, karena saya sudah tak bisa menghindar lagi untuk tidak mengikutinya. Rupanya, Pak RT punya kiat khusus untuk menghadapi warga seperti saya. Pertemuan lokasinya diganti-ganti dan tadi malam kebetulan jalanan di sebelah rumah saya yang jadi lokasi pertemuan. Istri dan anak-anak tidak mengajak keluar rumah, mungkin mereka mafhum bahwa akhir bulan sudah datang. Pas sudah.

Benar, pertemuan itu dilakukan di jalanan. Tikar digelar, kacang godog, aneka jajan pasar seperti onde-onde, risol, pastel, air mineral dan kopi panas disajikan. Tak lupa ada tiga asbak yang berbeda ukuran dan warnanya turut memenuhi gelaran tikar. Untung saja hujan tak jadi datang.

Hanya satu agenda saja yang dibicarakan. Sosialisasi program-program Pengurus RW yang baru terbentuk, itu saja. Tapi tak ayal, perbincangan ngalor-ngidul dengan aneka topik dan komen-komen nakal menggelitik tetap saja tak terhindarkan, sebelum acara pertemuan dibuka secara resmi oleh Pak RT tentunya. Bagaimanapun kita tahu kapan waktunya ngalor-ngidul dan kapan waktunya ngetan ngulon.

Ada beberapa hal yang disampaikan oleh pengurus RW, pertama, situasi keuangan RW tentu saja. Dilaporkan bahwa kas RW dalam kondisi defisit dan cukup banyak juga jumlahnya. Coba saja ADB memberikan kesempatan untuk mengajukan kredit, tidak hanya untuk Pemerintah tetapi juga untuk Pengurus RW, pasti defisit anggaran RW dengan mudah akan tertutupi. Tak lupa, salah satu pengurus RW yang menjadi Ketua KPPS menyampaikan rasa terima kasihnya karena pemilu legislatif dapat terselengara dengan aman dan perhitungan suara dapat diselesaikan pada hari itu juga, jam 8 malam tepatnya. Masalah DPT?, tentu saja ada dan untuk PilPres nanti, mari kita perbaiki bersama, begitu katanya.

Hal kedua yang disampaikan adalah program-program apa saja yang sudah dilakukan selama 30 hari pertama awal kepengurusan. Reformasi di sektor keamanan sudah dan akan terus dilakukan, para petugas keamanan mendapatkan seragam dan sepatu baru beserta pelatihan-pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan performance-nya. Dampak positifnya cukup terasa.

Fogging sudah dilakukan, dua kali bahkan. Saya jadi tahu kalau ternyata waktu melakukan fogging yang baik adalah antara jam 7 sampai 11 pagi. Panas matahari yang menjadi alasannya. Semakin siang, semakin cepat terurai ikatan kimia obat yang disemprotkan. Begitu katanya. O ya, pengurus RW juga menyampaikan bahwa RW kita sudah mempunyai alat fogging sendiri, jadi kita sudah independen, tidak bergantung kepada Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat lagi katanya. Kalau RW lain disekitar membutuhkan, bisa kita sewakan ke mereka, kata pengurus RW. Hebat kan.

Program lain yang termasuk dalam program 30 hari pertama adalah revitalisasi dan maintenance sistem drainase perumahan kami. Keren kan. Paling tidak sudah 10 tahun umur perumahan ini dan selama itu pula usaha revitalisasi ini belum pernah dilakukan oleh kepengurusan sebelumnya. Kalau sampai tersumbat, banjir yang akan mengunjugi perumahan kita.

Rangkaian kegiatan dalam kerangka revitalisasi dan maintenance ini adalah dengan pengecekan bak kontrol yang ada di depan rumah warga. Pengerukan adalah langkah selanjutnya. Sayangnya, banyak bak kontrol yang sudah beralih fungsinya. Banyak yang jadi bak sampah dan ada pula yang ditutup oleh lapisan beton, entah untuk apa. Kontroversi muncul pada saat revitalisasi & maintenance officer akan membongkar bak sampah yang berada di atas bak kontrol. Beberapa warga yang bak sampahnya diatas bak kontrol tidak terima.

Pengurus RW menjelaskan, desain asli dari developer adalah bak sampah berada di dalam pagar. Bak kontrol yang berada di luar pagar masuk dalam kategori fasos dan fasum yang harus dijaga bersama. Program revitalisasi dan maintenance sistem drainase tidak dapat berjalan kalau bak control tidak ada padahal menghindari banjir adalah tujuan utama. Dan bak sampah itupun dibongkar saja, hmmmmmm.




Read more...